Category Archives: Perihal

Download RPP

  • RPP SD TEMATIK

Kelas 1 sem 1 :

Tema :

Kelas 1 sem 2

Tema :

Tematik kelas 2 sem 1

Tema :

Kelas 2 sem 2

Tema :

Kelas 3 sem 1 dan 2 :

Tema (lengkap)  :

Naskah UUD 1945

Sebelum dilakukan Perubahan, UUD 1945 terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh (16 bab, 37 pasal, 65 ayat (16 ayat berasal dari 16 pasal yang hanya terdiri dari 1 ayat dan 49 ayat berasal dari 21 pasal yang terdiri dari 2 ayat atau lebih), 4 pasal Aturan Peralihan, dan 2 ayat Aturan Tambahan), serta Penjelasan.

Setelah dilakukan 4 kali perubahan, UUD 1945 memiliki 20 bab, 37 pasal, 194 ayat, 3 pasal Aturan Peralihan, dan 2 pasal Aturan Tambahan.

Dalam Risalah Sidang Tahunan MPR Tahun 2002, diterbitkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dalam Satu Naskah, Sebagai Naskah Perbantuan dan Kompilasi Tanpa Ada Opini.

Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 (Naskah Asli UUD 1945) mengalami 4 kali perubahan (amandemen) yang ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR:

Baca Juga :
# Kumpulan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
# Permendiknas No. 14 Tahun 2007 Tentang Standar Isi Untuk Program Paket A, Paket B dan Paket C dan Lampiran
# LAMPIRAN Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tanggal 23 Mei 2006
# Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
# Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan
# Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
# Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru
# Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2008 (Pendanaan Pendidikan)
# Peraturan Pemerintah NO 19 TAHUN 2005 SNP
# Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003

Desain Pembelajaran

Prolog

William J Rothwell menjelaskan hal baru tentang desain pembelajaran. Ia mengatakan bahwa desain pembelajaran bukan hanya sekedar menciptakan pembelajaran, seperti merumuskan tujuan, mennetukan topik, menentukan strategi pembelajaran, mengavaluasi hasil belajar dan lain-lain. Tapi secara lebih luas, tujuan utama desain pembelajaran adalah untuk memecahkan masalah kinerja manusi. Gila, bukan? Bukankah selama ini, kita hanya tahu desain pembelajaran seperti pada pandangan pertama di atas? Penekanan pada maslah kinerja ini, memaksa desainer pembelajaran untuk memulai pekerjaannya sejak mulai analisis masalah kinerja, identifikasi akar masalah, mempertimbangkan berbagai kemungkinan solusi dan mengimplementasikan solusi yang dirancang sedemikian rupa untuk mengantisipasi konsekuensi yang tidak diharapkan.

Desain Pembelajaran sebagai Profesi

Desain pembelajaran juga merupakan suatu profesi. William J. Rothwell menjelaskan adanya 10 asumsi kunci profesi desain pembelajaran, sebagai beirkut:
1. Desainer pembelajaran adalah orang-orang yang menunjukkan kemampuan desain dalam pekerjaan terlepas dari jenis pekerjaan dan pelatihan. Artinya, Desainer Pembelajaran harus mampu memecahkan masalah kinerja, untuk jenis pekerjaan apapun ditempat manapun. Maksudnya, seorang desainer pembelajaran walaupun tidak memiliki latar belakang pendidikan dan ekahlian dalam bidang tertentu, dapat melakukan pekerjaan mendesain pembelajaran atau memecahkan masalah kinerja untuk pekerjaan apapun dan di tempat manapun. Contoh, walapun kita sebagao seorang desainer pembelajaran, tidak memiliki keahlian dan latar belakang pendidikan dalam bidang militer, tapi kita dapat merancang pembelajaran di salah satu Angkatan Bersenjata, misalnya.
2. Kompetensi mendesain pembelajaran berhubungan dengan orang-orang yang bekerja dalam seting pekerjaaan apapun. Artinya, seorang desainer pembelajaran tidak bekerja sendiri, tapi berkolaborasi dengan ahli dalam bidang lain yang terkait.
3. Desain pembelajaran adalah proses yang secara umum dipandu atau mengacu pada prinsip dan model desain sistematis tertentu. Ada beragam model desain pembelajaran yang dapat dijadikan acuan oleh seorang desainer pembelajaran. Artinnya, seorang desainer pembelajaran harus memahami dan menguasai berbagai prisnip dan model-model desain pembelajaran dan mampu menggunakan model yang relevan sesuai dengan masalah kinerja yang ingin dipecahkan … kita tahu ada model Dick and Carey, model Atwi Suparman, Model Gerlach Elly dan lain-lain. Semuanya memiliki tujuan dan peruntukkannya sendiri-sendiri. Seorang desainer pembelajaran harus mampu kapan dan mengapa menggunakan model Dick and Carey, model Kemp, model Gerlach Elly dll. Tidak mungkin, dan tidak diperkenankan seorang desainer pembelajaran bekerja tanpa mengacu pada model yang relevan dan dkiuasainya.
4. Desain pembelajaran sering dipandang sebagai upaya menghasilkan transfer pelatihan dan peningkatan kinerja organisasi. Tujuan utama desain pembelajaran adalah peningkatan kinerja organsiasi.
5. Kompetensi desainer pembelajaran terentang mulai dari novice (amatir), berpengalaman (experienced), dan ahli (expert).
6. Beberapa desainer pembelajaran, terlepas dari keahliannya mampu menunjukkan semua kompetensi desain pembelajaran. Tidak semua desainer pembelajaran menguasai betul semua kompetensi desain pembelajaran. Desainer pembelajaran tidak harus menguasai semua desain pembelajaran. Cukup ekspert pada beberapa hal yang spesifik. Sama seperti dokter, tidak harus menguasai segala jenis spesialisasi. bukan begitu?
7. Kompetensi desain pembelajaran bersifat generik, dapat diubah untuk disesuaikan dengan kebutuhan (customization). Jelas, ya ga perlu dibahas lebih jauh.
8. Kompetensi desain pembelajaran menentukan cara dimana desain/perancangan harus dilakukan. Nah yang ini saya ga negrti persis maskudnya. ada yang bisa bantu?
9. Kompetensi desain pembelajaran merefleksikan nilai-nilai dan etika disiplin dan sosial. Desainer pembelajaran memiliki nilai dan kode etik. Sama seperti profesi lain, memiliki kode etik dan tata nilai yang harus dipatuhi … dokter, wartawan, pengacara, guru dan lain-lain sama-sama memiliki kode etik dan tata nilai masing-masing. Bahkan ada beberapa asosiasi yang mengeluarkan sertifikasi dan berhak memberikan lisensi atau mencabut profesinya bila melanggar tata nilai dan kode etik yang berlaku, seperti Association of Human Performance, dll.
10. Kompetensi desain pembelajaran harus bermakna dan berguna bagi desainer pembelajaran di seluruh dunia ini. Kompetensi desainer pembelajaran bersifat universal.

Fokus Desain Pembelajaran
Fokus desain pembelajaran adalah memecahkan masalah kinerja secara efektif dan efisien. Efektif sama dengan apakah kita melakukan sesuatu yang benar? dan efisien sama dengan apakah kita melakukan sesuatu dengan benar.

Landasan Panduan
Apa yang menjadi landasan panduan seorang desainer pembelajara dalam memecahkan masalah kinerja? Dasarnya adalah model konerja manusia. Model kinerja manusia menurut William terdiri dari dua, yaitu model komprehensif (comprehensive model) dan model situasional khusus (situation-specific model). Lengkapnya lihat presentasi saya.

Implementasi Desain Pembelajaran
Desain pembelajaran tidak dilaksanakan secara intuitif, apalagi dikarang-karang. Tapi dilakukan secara sistematis, terurut berdasarkan langkah-langkah tertentu dan holistik alias komprehensif. Dilakukan secara sistemik, bukan pasrial. Bisa saja dilakukan secara linier atau setahap demi setahap, atau bahkan ietratif, dan tidak harus linier Begitu menurut Om Will, termasuk tante Rita Richey juga bilang begitu.

Dasar Desain Pembelajaran
Desain pembelajaran mengadopsi pandangan sistem terbuka. Artinya, proses apapun dipengaruhi oleh lingkungan. Desain pembelajaran merupakan proses iteratif yang dipengaruhi oleh lingkungan. proses Desain pembelajaran menerima input dari lingkungan, mentransformasi kedalam operasi dalam sistem, mengirim output ke lingkungan dan menerima umpan balik yang menunjukkan seberapa baik fungsi berjalan.

Terakhir, Om Will menekankan bahwa tujuan desain pembelajaran adalah untuk memperoleh hasil yang paling cost-effective. Artinya. desainer pembelajaran harus mampu mengestimasi biaya dibandingkan dengan hasil yang ingin dicapai. Cost yang dikeluarkan untuk memcahkan masalah kinerja harus sebanding dengan impact dari solusi yang diimpelementasikan dalam organisasi.

Silakan download bahan presentasinya di sini:
Uwes Presentasi Desain Pembelajaran Mastering Ins design Processes – Chapter 1

Agar dapat mengajar dengan baik seorang instruktur memerlukan sebuah strategi yang dapat mengantarkannya kepada kesuksesan membelajarkan. Kesuksesan ini tentunya tidak bisa didapat dengan sendirinya, melainkan dengan mempelajari keahlian sampingan atau disebut sebut sebagai teaching performance.

Dalam desain pembelajaran dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh para ahli. Adanya variasi model yang ada ini sebenarnya juga dapat menguntungkan kita, beberapa keuntungan itu antara lain adalah kita dapat memilih dan menerapkan salah satu model desain pembelajarang yang sesuai dengan karakteristik yang kita hadapi di lapangan, selain itu juga, kita dapat mengembangkan dan membuat model turunan dari model model yang telah ada, ataupun kita juga dapat meneliti dan mengembangkan desain yang telah ada untuk dicobakan dan diperbaiki.
Model desain pembelajaran yang ada dikelompokkan berdasarkan; tampilan visual (skema, diagram), penjabaran komponen di dalamnya, dan manfaat yang terkandung dalam model tersebut. Contoh dari perbedaan model desain pembelajaran ini misalnya adalah ketika Dick & Carey secara skema, menerapkan model yang prosedural, sedangkan Kemp, et.al. menerapkan model melingkar ( circular).

Komponen dasar dari desain pembelajaran adalah:
• Pebelajar ( pihak yang menjadi fokus ) yang perlu diketahui meliputi, karakteristik mereka, kemampuan awal dan pra syarat.
• Tujuan Pembelajaran (umum dan khusus ) Adalah penjabaran kompetensi yang akan dikuasai oleh pebelajar.
• Analisis Pembelajaran, merupakan proses menganalisis topik atau materi yang akan dipelajari
• Strategi Pembelajaran, dapat dilakukan secara makro = dalam kurun satu tahun atau mikro = dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar.
• Bahan Ajar, adalah format materi yang akan diberikan kepada pebelajar
• Penilaian Belajar, tentang pengukuran kemampuan atau kompetensi ang sudah dikuasai atau belum.

Dalam disain pembelajaran dikenal beberapa disain pembelajaran diantaranya adalah:
Model berbasis sistem, mengembangkan teori sistem atau pendekatan sistem dalam pelaksanaannya.
Memiliki ciri:
• Jumlah komponen relatif banyak
• Seringkali diawali dengan analisis kebutuhan
• Memisahkan penilaian proses belajar dan penilaian terhadap program belajar
• Merupakan prosedur pengembangan, karena adanya alur feedback dan komponen revisi

Contoh: Model Rothwel & Kazanas (1994)
Model materi ajar atau pengetahuan ( content based ), menitikberatkan bagaimana suatu topik yang menjadi bagian dari suatu materi atau mata ajaran disampaikan kepada pebelajar.
Memiliki ciri:
• Komponen yang ada tidak banyak dan cenderung tidak lengkap
• Strategi penyampaian cenderung memberikan masukan bagaimana cara menjelaskan atau menyajikan materi di kelas.
• Kebanyakan mengacu kepada materi bersifat kognitif
• Lingkupnya sempit
• Tidak mencerminkan upaya pebelajar untuk menguasai kompetensi yang harus dicapai

Contoh:
Merril yang disunting Reigluth ( 1983 ) Desain pembelajaran CDT ( Component Display Theory)

Model Produk, ditandai dengan pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk memproduksi suatu bahan ajar. Memiliki Ciri:
• Memiliki beberapa tahapan, yakni; tahap perancanaan (rumusan tujuan dan analisis kebutuhan), tahap pengembangan (pengembangan topik, penyusunan draft, produksi prototipe ), tahap penilaian ( ujicoba prototipe produk dan perbaikannya)
• Terkonsentrasi atas produksi bahan ajar tertentu
• Model dan cara kerja relatif sederhana
• Tidak ada kejelasan secara langsung tentang pelaksanaan KBM
• Model Kegiatan belajar mengajar (Classroom oriented), memandu seorang instruktur bagaimana mengelola atau menciptakan interaksi belajar mengajar yang tepat. Memiliki ciri:
• Relatif lebih banyak komponennya
• Tidak jarang aspek perbaikan juga dicantumkan di dalamnya
• Sangat memperhatikan pebelajar
• Mengisyaratkan ada aspek pengelolaan kelas
• Menyiratkan peran guru dalam menyampaikan materi
• Dapat diterapkan oleh instruktur sendiri tanpa tim khusus.
• Tidak mencakup suatu mata pelajaran tertentu
Selain model desain pembelajaran yang dijabarkan di atas, terdapat pula suatu model yang merupakan sebuah formulasi untuk Kegiatan Belajar Mengajar ( KBM), yakni model ASSURE, yang merupakan:
• Analyze Learner ( menganalisa pebelajar )
• State Objective (merumuskan tujuan pembelajaran atau kompetensi)
• Select Method, media, and materials ( memilih metode, media dan bahan ajar)
• Utilize media and materials ( menggunakan media dan bahan ajar)
• Require Learner participacion (mengembangkan peran serta pebelajar)
• Evaluate and Revise (menilai dan memperbaiki)

Desain pembelajaran merupakan bagian integral dari kinerja mengajar seorang instruktur.Untuk mendukung desain yang tepat seorang instruktur diharapkan mengenali sifat dan kategori keilmuan yang dibinanya.

Sumber: http://agusprayugo.wordpress.com

Contoh PTK

Contoh PTK : Peningkatan Prestasi Belajar Akuntansi Dengan Metode Resitasi Melalui Bahan Ajar Lembar Kerja Siswa

 

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu proses upaya  yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk meningkatkan nilai perilaku seseorang atau masyarakat, dari keadaan tertentu kesuatu keadaan yang lebih baik. Pendidikan sebagai pranata pembangunan sumber daya manusia yang berperan dalam pembentukan peserta didik agar menjadi aset bangsa yang diharapkan, supaya menjadi manusia yang produktif. Hal ini sesuai tujuan pendidikan nasional  yang telah diterapkan pada Undang-undang RI No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yaitu:
“Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.
Salah satu untuk mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional adalah adanya proses kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar yang melahirkan unsur-unsur manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Pengajaran menurut istilah psikologi menyangkut segi pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman sensoris atau indrawi (Oong Komar, 2006: I5)
Oleh karena itu, pendidikan selalu berusaha menempatkan manusia sesuai dengan proporsi dan hakekat kemanusiaannya. Hampir semua kecakapan, ketrampilan, pengetahuan, kegemaran, sikap dan kebiasaan manusia terbentuk dan berkembang karena belajar.
Menurut Witherington dalam buku Educational Pshycologi, dan dikutip oleh M. Ngalim Purwanto dalam bukunya “Psikologi Pendidikan” mengemukakan ” Belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berkecakapan, sikap kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian”.
Belajar sebagai proses atau aktivitas, disyaratkan oleh banyak faktor, faktor-¬faktor yang mempengaruhi belajar itu, menurut Ngalim Purwanto dalam buku Psikologi Pendidikan (2006 ; 102) adalah :
a. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor individual.
b.Faktor yang ada diluar individu yang kita sebut faktor sosial.
Yang termasuk kedalam faktor individual antara lain: faktor kematangan, pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi. Sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain: faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar dan mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial.
Dalam proses belajar mengajar. keaktifan peserta didik merupakan hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan oleh pakar pendidik sehingga proses belajar mengajar yang ditempuh akan benar-benar mendapatkan hasil yang optimal. Pendidik hanyalah merangsang keaktifan dengan jalan menyajikan bahan pelajaran, sedangkan yang mengolah dan mencerna adalah peserta didik itu sendiri sesuai dengan kemauan, kemampuan, bakat dan latar belakang masing-masing. Karena belajar adalah suatu proses dimana peserta didik harus aktif. Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama, daya serap anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan juga bermacam-macam, ada yang cepat. ada yang sedang dan ada yang lambat. Terhadap perbedaan daya siswa sebagaimana kenyataan diatas, diperlukan strategi dan metode pengajaran yang tepat.
Menurut (Syaiful Bahri Djamarah dkk, 2002; 93) ada banyak macam metode yaitu:
1. Metode proyek                                            
2. Metode Eksperimen
3. Metode Penberian Tugas ( resitasi)
4. Metode Diskusi
5. Metode Sosiodrama
6. Metode Demonstrasi
7. Metode Problem solvimg
8. Metode Karya wisata
9. Metode Tanya jawab
10. Metode Latihan
11. Metode Ceramah

Dengan menggunakan banyak metode ini proses belajar mengajar terjadi, dimana interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat terjadi juga semuanya aktif, tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja. Dengan kata lain bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas, belajar tidak mungkin akan berlangsung dengan baik.
Suatu metode dalam pembelajaran. atau istilah yang digunakan dalam teori pendidikan bertujuan untuk dapat meningkatkan prestasi belajar serta terciptanya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien serta banyak mengandung makna, sehingga proses belajar mengajar mengalami perubahan menjadi proses pembelajaran. Hal itu dimaksudkan untuk lebih memberikan bobot serta makna yang dalam agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran serta berdampak pada perubahan tingkah laku baik menyangkut unsur kognitif, efektif maupun psikomotor.
Menurut James B. Brow ( Suryobroto, 1977 :3 ), mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain dapat menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan serta mengevaluasi kegiatan siswa. Oleh karena itu setiap pengajar atau Guru harus dapat memilih suatu metode pengajaran yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi dan materi pelajaran yang diajarkan.
Metode mengajar yang tepat haruslah memperhatikan kemauan, dorongan, minat, potensi dan kemampuan siswa daiam melakukan suatu kegiatan dalam suatu proses pengajaran.
Salah satu contoh kondisi pembelairan yang seringkali disajikan guru dalam pembelajaran Akuntansi dinilai masih belum tepat sasaran dan bahkan cenderung penerapannya masih dibatasi dengan konteks buku tertentu saja. Dari kecerabohan pembelajaran tersebut mengakibatkan timbulnya verbalitas serta kurang berkembangnya wawasan maupun pengetahuan pada siswa itu sendiri.
Menurut Saepul Bahri (1977:119) menyatakan bahwa, Suatu Proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil apabila guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya. Oleh karena inilah suatu proses belalar mengajar tentang suatu bahan atau materi pelajaran dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator maupun tujuan pembelajaran dari materi tersebut.
Penelitian ini bermula dari pengamatan dan penilaian penulis pada mata pelajaran Akuntansi yang sangat rendah dan proses belajarnya yang dilakukan secara verbal dan dominasi metode ceramah. Hal ini menunjukkan bahwa guru masih belum memanfaatkan secara maksimal berbagai metode yang tepat untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Karena itu peneliti mencoba melakukan penelitian untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui metode pemberian tugas ( resitasi ) dengan menggunakan bahan ajar Lembar Kerja Siswa (Student Work Sheet).
Metode Pemberian tugas merupakan cara penyajian bahan pelajaran. Pada metode ini guru memberikan seperangkat tugas yang harus dikerjakan peserta didik, baik secara individual maupun secara kelompok dengan menggunakan bahan ajar berupa Lembar Kerja Siswa ( LKS ).
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan ajar yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu.
Dalam keberhasilan pendidikan di SMA Negeri 1 Krangkeng Kabupaten lndramayu merupakan harapan bagi setiap orang tua, pemerintah dan masyarakat pada umumnya. Keberhasilan siswa sangat diharapkan mengingat mereka merupakan generasi yang akan menentukan pembangunan bangsa di masa mendatang. Proses pendidikan siswa disekolah pada intinya adalah melaksanakan proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Dalam pendidikan, setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda antara siswa yang satu dengan yang lainnya dalam mengikuti proses kegiatan belajar rnengajar. Sehuhungan dengan hal itu terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar antara lain adanya faktor intern dan ekstern.
Faktor intern merupakan faktor yang datang dari dalam individu siswa yang bersangkutan diantaranya, kemampuan, kematangan, kecerdasan, bakat dan minat yang dimiliki siswa. Sementara faktor ekstern adalah faktor yang datangnya dari luar diri siswa dalam proses belajar mengajar misalnya pengaruh lingkungan, pergaulan maupun iklim dan letak geografis.
Siswa yang lebih matang dapat memiliki prestasi kecerdasan tertentu, didukung oleh bakat dan minat yang sangat tinggi cenderung lebih berhasil menangkap dan menjabarkan berbagai konsep dan mengetahui yang diterimanya. Sehubungan denga hal tersebut H. Gunawan Undang dkk ( 1998:16) mengemukakan : Dalam proses belajar mengajar, guru hendaknya menggunakan metode, yang dewasa ini digalakan mengajar Child pendekatan humanistic, pendekatan CBSA, pendekatan multimedia dan menggunakan belajar kelompok.
Prestasi belajar yang dicapai merupakan salah satu tolak ukur yang mengembangkan tinggi rendahnya tingkat keberhasilan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Sering kita jumpai di masyarakat, bahwa prestasi belajar siswa khususnya mata pelajaran Akuntansi masih rendah. Akuntansi sebagai salah satu bagian dalam bidang studi ilmu pengetahuan sosial diperlukan oleh setiap orang sebagai sarana untuk perfikir.
Akuntansi merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa, karena kurangnya pengaitan ilmu-ilmu yang lain dapat menyebabkan pelajaran akuntansi itu kering, kurang kaitannya dengan kehidupan sehari¬-hari, sukar dan semacamnya. Salah satu penyebabnya adalah karena dalam memahami akuntansi dibutuhkan penalaran tinggi.
Piaget (Pasaribu, 2001;3 mengemukakan bahwa berdasarkan pola penalaran yang dibutuhkan, maka konsep terbagi menjadi dua golongan yaitu konsep konkrit dan konsep formal. Konsep konkrit adalah konsep yang diturunkan dari hasil pengamatan langsung dan menggunakan penalaran konkrit, sedangkan konsep formal adalah konsep yang bukan merupakan basil pengamatan dan untuk memahaminya dibutuhkan pola penalaran formal. Dalam teorinya Piaget juga menyatakan bahwa perkembangan intelektualitas, seseorang mengalami beberapa tingkatan sesuai dengan usianya antara lain Siswa SMA dengan usia 14-16 tahun pada umumnya berada pada tingkat perkemkembangan operasional formal. Pada tahap ini siswa diharapkan mampu berpikir mn memahami konsep-konsep abstrak tanpa pertolongan benda atau praktek secara langsung.
Bagi sebagian Siswa SMA bukanlah suatu hal yang mudah untuk memahami suatu konsep yang abstrak, khususnya konsep-konsep dalam mata pelajaran    Akuntansi. Kenyataannya di lapangan mengisyaratkan bahwa prestasi belajar Akuntansi Siswa di negara kita khususnya Jawa Barat pada umumnya masih rendah. Berdasarkan kenyataan diatas, maka diperlukan usaha-usaha yang yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa SMA dalam Pelajaran Akuntansi. Salah satunya yaitu dengan mengembangkan metode yang tepat dalam pembelajaran akuntansi, agar siswa mudah memahami akuntansi dengan benar dan cepat. (Mulyasa, 2005 : 99), sebuah pendekatan dan metode yang dapat membantu memahami konsep-konsep abstrak tersebut dengan suatu konsep konkrit yang mirip atau sejenis dengan konsep abstrak yang sedang dipelajari. Pendekatan tersebut dinamakan pendekatan keterampilan proses dan Metode Resitasi.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian ini Peningkatan Prestasi Belajar Akuntansi dengan Metode Resitasi Melalui Bahan Ajar Lembar Kerja Siswa (Student Work Sheet) pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Krangkeng Kabupaten Indramayu.

B.Rumusan Masalah
Atas dasar latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan masalah yang muncul dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran Akuntansi dengan Metode Resitasi Melalui Bahan Ajar Lembar Kerja Siswa (Student Work Sheet) ?
2. Apakah pembelajaran dengan Metode Resitasi Melalui Bahan Ajar Lembar Kerja Siswa (Student Work Sheet) dapat meningkatkan prestasi belajar Akuntansi pada siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Krangkeng Kabupaten Indramayu ?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan judul dan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran Akuntansi dengan Metode Resitasi melalui Bahan Ajar Lembar Kerja Siswa (Student Work Sheet).
2. Mengetahui pengaruh Metode Resitasi Melalui Bahan Ajar Lembar Kerja Siswa (Student Work Sheet) terhadap prestasi belajar Akuntansi pada siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Krangkeng Kabupaten Indramayu.

D.Hipotesis Tindakan
Jika dalam pembelajaran akuntansi guru menggunakan metode resitasi (pemberian tugas) melalui Bahan Ajar Lembar Kerja Siswa (Student Work Sheet) maka Prestasi Belajar Akuntansi siswa akan meningkat.

E.Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat dari penelitian tentang peningkatan prestasi belajar Akuntansi dengan Metode Resitasi Melalui Bahan Ajar Lembar Kerja Siswa (Student Work Sheet) terhadap prestasi belajar Akuntansi pada siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Krangkeng Kabupaten Indramayu adalah :
1. Manfaat Teoritis
Apabila penelitian ini dapat diterima kebenarannya oleh Guru, Kepala Sekolah, para tenaga kependidikan dan peneliti lainnya, diharapkan dapat menambah khasanah pustaka kependidikan dan memberikan sumbangan informasi yang selanjutnya dapat memberi motivasi penelitian tentang masalah sejenis guna penyempurnaan penelitian ini.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi siswa
Dengan penerapan Metode Resitasi Melalui Bahan Ajar Lembar Kerja Siswa (Student Work Sheet) diharapkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Akutansi dapat meningkat.

b. Manfaat bagi guru
Metode Resitasi Melalui Bahan Ajar Lembar Kerja Siswa (Student Work Sheet) dapat dijadikan salah satu alternatif mengajar oleh guru dalam proses pembelajaran Akuntansi serta dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan prestasi atau hasil belajar Akuntansi.

Selengkapnya di sini

Contoh SKIPSI

Judul : Meningkatkan Prestasi Belajar Melalui Pembelajaran Quantum Teaching

ABSTRAK

Judul : Meningkatkan Prestasi Belajar Melalui Pembelajaran Quantum Teaching bidang Studi IPA

Penyajian dalam pembelajaran Quantum Teaching merupakan model pembelajaran yang ideal, karena menekankan kerja sama antara siswa dan guru untuk mencapai tujuan bersama. Model pembelajaran ini juga efektif karena memungkinkan siswa dapat belajar secara optimal, yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa secara signifikan. Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia memerlukan penanganan yang segera. Oleh karena itu penulis ingin memecahkan masalah dengan strategi pembelajaran Quantum Teaching, karena strategi tersebut bisa diterapkan di SD. Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa melalui pembelajaran Quantum Teaching bagi siswa SD.

Penelitian dilakukan di SD Negeri,. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah siswa Kelas III SD. Variabel penelitian ini adalah pembelajaran dengan metode Quantum Teaching sebagai variabel bebas dan hasil belajar siswa sebagai variabel terikatnya. Data diambil menggunakan teknik tes, dan observasi. Analisis data penelitian menggunakan analisis deskriptif persentase dan uji t.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa sebelum perlakukan adalah 6,1. Setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode Quantum Teaching pada siklus I hasil belajar siswa meningkat menjadi 6,6, pada siklus II hasil belajar siswa meningkat menjadi menjadi 7,3 dan siklus III hasil belajar siswa meningkat menjadi 7,9. Secara keseluruhan dengan penggunaan metode Quantum Teaching tersebut mampu meningkatkan hasil belajar siswa sebesar 7,3. Hasil pengujian hipotesis dengan uji t diperoleh thitung = 6,935 > ttabel 1,77. Hal ini berarti metode pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan prestasi mata pelajaran IPA siswa kelas III SD.

Mengacu dari hasil penelitian, metode pembelajaran Quantum Teaching mampu meningkatkan hasil belajar maka penulis mengajukan saran sebagai berikut: 1) Sebagai bahan pertimbangan hendaknya guru IPA kelas III SD dapat melakukan pembelajaran IPA untuk kelas III SD dengan menerapkan metode pembelajaran Quantum Teaching, sehingga pembelajaran menjadi lebih optimal 2) Dari hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan untuk memungkinkan diadakannya penelitian lebih lanjut sehingga diperoleh kemampuan yang lebih tinggi

Selengkapnya di sini!